10 Fakta Luar biasa tentang Reptil dan Amfibi
Selasa, 07 Desember 2010
* Sphenodontia – tuataras dari Selandia Baru
* Squamata – kadal, ular dan amphisbaenids ("kadal cacing")
* Testudines – kura-kura, katak dan penyu
Manouria emys emys
atau Kura Kura Kaki Gajah berasal dari Sumatera di Indonesia.
Emis dapat mencapai panjang sekitar 80cm. Bertelur pada menjelang musim hujan dengan jumlah 2 clutch per tahun, jumlah masing-masing telur 5-8 butir.
Di alamnya emys memakan rumput, daun talas, buah-buahan yang jatuh dan daun-daun dari tanaman air seperti Lotus.
Habitat
Emys tersebar dari Sumatera hingga Kalimantan. Hidup di hutan hujan tropis pada daerah pegunungan menyebabkan emys sangat menyukai kelembaban. Untuk menghindari dari panas yang menyengat, emys menggali lubang untuk berteduh dengan menggunakan kakinya yang sangat kuat atau bersembunyi di bawah daun-daun kering. Kura ini juga suka berendam pada kubangan-kubangan air.
Pemeliharaan
Karena berasal dari hutan Sumatera yang lembab, Emys harus diberi minum atau direndam setiap hari dan karena banyak emys tangkapan alam jadi harus rutin diberikan obat cacing seperti combantrin atau vermox.
JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TERLALU LAMA
Emys tidak menyukai panas yang terlalu menyengat, dapat mengalami dehidrasi dan menyebabkan kematian, berikan tempat perlindungan pada kandang kura-kura sehingga jika terlalu panas kura tersebut dapat menjauhkan diri/bersembunyi di tempat teduh. Dan emys suka tempat yg lembab sehingga suka berendem didalam air yg dangkal.
JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TANPA DIAWASI
Biarpun kelihatan lambat, tapi kura-kura juga pandai melarikan diri.
Pada musim hujan gunakan lampu khusus reptil yang mengandung UVA-UVB (Full spectrum Lamp). UVA digunakan untuk menambah selera makan dan memproses makanan di tubuh reptil. UVB digunakan untuk memproses Vitamin D3 pada makanannya karena reptil tidak bisa mensintesa Vitamin D3 tanpa bantuan UVB.
Tempat berjemur diusahakan mempunyai suhu 31˚C, sedang suhu kandang sekitar 28-29˚C. Gunakan termometer untuk mengukur suhu jangan kira-kira, karena kadang perkiraan kita meleset jauh. D
Makanan yang baik untuk emys:
Fumak, bokhoy, caisim, wortel, buah papaya, timun,pisang
Sumber : www.reptilx.com
haha,, sekedar iseng-iseng ceprat-cepret,,,
Foto Tokek:
Blue Spot Timor Monitors (Varanus timorensis)/
(Varanus auffenbergi)
Morelia spilota variegata Irian Jaya Carpet Python
Carpet python yang berasal dari tanah papua Irian Jaya!! ...Carpet python dewasa biasanya hanya mencapai 1.5 - 1.7 meter panjangnya, biasanya carpet betina lebih besar dari jantan yaitu 1.7 - 2.3 meter.
Pola warna dapat bervariasi dari hitam ke kuning terang dan hitam pekat. Mereka adalah ular bertubuh relatif tipis, dan memiliki ekor yg dapat memegang untuk membantu mendaki/menaiki pohon. Semua spesimen memiliki perut putih, sering juga ada yang berbintik-bintik hitam. Ular ini bersifat semi-arboreal dan habitat alami mereka adalah hutan tropis. Carpet bisa hidup selama 10-20 tahun, makanan favoritnya di alam (hutan) bisa burung, tikus, bayi tikus, puyuh dan ayam.
Ular ini dikenal karena warna mereka terang, kadang lebih terang dari semua Morelia (kecuali untuk Green Tree Python, Morelia viridis). Ular ini sering disimpan dan di pelihara masyarakat pedalaman.
tubuhnya berukuran sedang, kepala nya telah disamakan dengan kepala naga. Carpet termasuk ular pohon, memiliki ekor yang dpt memegang untuk membantu mereka dalam arboreal (hidup di pohon/selalu bertengger/mencari makan). Mereka tidak sepenuhnya arboral seperti Boa/mono pohon, tetapi mereka akan naik jika ada kesempatan menangkap mangsa atau dalam keadaan terjepit (seperti di buru manusia). Ular python hutan karpet (jungle carpet) ini rata-rata berwarna bercak warna kuning-cokelat di atas dasar hitam dengan bawah putih tegas, warna akan terlihat bagus bila sudah mencapai dewasa pada umur dua atau tiga tahun. Umumnya ular ini aktif atau mencari makan pada malam hari.
Habitat : Ular ini sangatlah lihai dalam meloloskan diri. Jika ingin memelihara harus ada sebuah kandang yang layak untuk ular ini, yang dewasa kandangnya saya sarankan lebih besar lebih baik, jadi saya akan merekomendasikan akuarium dengan setingan tropis agak lembab, ventilasi yang baik untuk keluar masuknya udara. Hal ini untuk memastikan kandang tidak mengering.
Mereka tidak agresif, tetapi defensif, dan sifatnya ketika muda lebih sering menggigit. Dan mereka kemudian lebih cenderung suka bersembunyi
Apakah IBD itu?
IBD merupakan suatu hal yang telah lama ada dalam pemeliharaan boa dan python di captivity, akan tetapi keberadaannya sendiri baru disadari oleh publik baru-baru ini. IBD dipercaya sebagai penyakit yang disebabkan oleh retrovirus dan sepertinya hanya menyerang anggota dari keluarga “boid”, seperti python dan boa. Penyakit ini mempengaruhi dua grup ular tersebut dengan berbagai cara yang berbeda akan tetapi kondisi yang diakibatkan akan selalu fatal ketika ular mulai menampakkan gejala-gejala yang diakibatkan oleh penyakit ini.
Ular bisa saja tidak menampakkan gejala-gejala apapun tetapi tetap saja menjadi pembawa dari penyakit ini – Boa, sebagai contoh, sering menjadi sarang dari penyakit ini tanpa menampakkan gejala-gejala terkena penyakit. Maka bila seekor ular yang dikandangkan dengan ular lain yang telah terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala-gejala apapun, bukan berarti ular tersebut kebal terhadap penyakit ini – ia tetap dapat menjadi sumber infeksi pada ular-ular lainnya yang masih sehat.
Penyakit ini diyakini disebabkan oleh “inclusion bodies” (sejenis retrovirus) yang diidentifikasi terdapat dalam sel epithelial dari ginjal dan pancreas ular yang terjangkit. IBD juga dikaitkan dengan degenerasi neuronal dan luka pada saraf tulang belakang dan otak, yang nantinya akan menyebabkan denegerasi myelin dan kerusakan pada saraf. Dalam beberapa kasus, ular yang terjangkit oleh IBD juga ditemukan terinfeksi oleh kutu ular, Ophionyssus natricis, akan tetapi karena keberadaan dari parasit ini tidak selalu hadir pada semua kasus IBD yang terjadi, maka hubungan sebab akibat yang pasti antara parasit ini dan IBD tidak dapat dibuat.
Host
Penyakit IBD sendiri telah diidentifikasi pada ular-ular dari keluarga boid di bawah ini, antara lain berbagai subspecies boa constrictor (Boa constrictor), green anaconda (Eunectes murinus), Haitian boa (Epicrates striatus), Burmese python (Python molurus bivittatus), Indian python (P. m. molurus), reticulated python (P. reticulatus), ball python (P. regius), carpet python (Morelia spilota) dan diamond python (M. s. spilota). Sebagai tambahan, penyakit yang mirip dengan IBD didiagnosa pada seekor eastern king snake (Lampropeltis getulus) yang dikandangkan dengan boa constrictor dan pada palm vipers (Bothriechis marchi).
IBD biasanya ditemukan pada ular-ular juvenile hingga ular dewasa, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ular yang baru lahir (neonate) dapat terinfeksi juga.
Distribusi
Menyebar di seluruh dunia pada ular-ular dari keluarga boid yang ada dalam pemeliharaan. Kebanyakan kasus IBD terjadi di U.S namun kasus-kasus IBD baru-baru ini ditemukan pada captive pythons di Australia, Canary Island, dan Italia. Transportasi ular dalam perdagangan hewan dan transportasi ular dari institusi-institusi kebun binatang yang berbeda dipercaya menjadi sebab tersebarnya penyakit ini di seluruh dunia.
Sampai saat ini tidak diketahui apakah inclusion body disease juga muncul pada boa dan python di alam liar, atau secara exclusive hanya terjadi pada ular di pemeliharaan (hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut).
Gejala
Python dan boa memperlihatkan gejala yang sedikit berbeda, dimana penyakit berkembang lebih lambat pada boa.
Tanda-tanda infeksi IBD di Boa antara lain kekacauan pada sistem saraf pusat seperti lumpuh, tidak dapat mengembalikan posisi badannya ke arah semula ketika posisi badannya terbalik, “star-gazing” (posisi kepala ular tegak ke arah atas menatap langit), ketidak mampuan untuk menyerang atau membelit mangsanya – atau bahkan hanya pada kelumpuhan saja. Gejala-gejala lain yang terjadi di Boa adalah penurunan berat badan secara ekstrim, menderita muntah kronis, serta infeksi pernafasan. Dysecdysis yang disebabkan oleh ketidak mampuan ular untuk mengontrol gerakan tubuhnya dalam melepas kulit lama-nya.
IBD berkembang secara lebih agresif pada ular python, selain gejala-gejala yang telah dijelaskan untuk boa di atas (terkecuali muntah kronis), python juga mengalami “mouth rot” (infectious stomatitis), disorientasi dan hilangnya kordinasi otot serta respon refleks yang terlalu tinggi atau terlalu besar.
Baik pada Python ataupun Boa, penyakit ini berkembang sangat cepat dan berakibat fatal pada ular-ular juvenile. Dimana kematian dengan cepat terjadi setelah dimulainya kelumpuhan ringan pada ular.
Daya tahan Virus di luar inangnya
Berdasarkan apa yang telah diketahui tentang virus pada saat ini, maka disinfektan berbasis alkohol (e.g. Sagrotan, Desderman, Microzid) akan melenyapkan virus. Sebagai retrovirus, IBD tidak akan bertahan di luar tubuh inangnya untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan
Sampai sekarang tidak ada pengobatan untuk penyakit ini, dan dikarenakan penyakit ini selalu berakibat fatal dan sangat menular, maka euthanasia pada ular yang positif terjangkit oleh IBD merupakan tindakan yang dianjurkan. Sekalipun ular dapat dijaga agar tetap hidup melalui tindakan-tindakan seperti force feeding dan hydration, kerusakan yang terjadi pada saraf, otak, saraf tulang belakang dan organ-organ dalam sangatlah besar – sehingga biarpun ular tetap hidup tetapi kualitas hidup ular itu sendiri akan semakin menurun yang juga disertai dengan meningkatnya rasa sakit pada ular.
Dikarenakan belum adanya pengobatan untuk penyakit ini dan penyebarannya yang seperti virus, maka tindakan yang dapat dilakukan untuk menimalisir resiko masuknya IBD ke ular peliharaan kita adalah dengan melakukan aksi-aksi pencegahan, antara lain:
■Hanya menempatkan satu ular dalam satu kandang.
■Penggunaan satu macam barang untuk tiap satu kandang (tempat minuman, hook, dan lain-lain).
■Hindari pemberian makanan yang telah ditolak oleh satu ular kepada ular lainnya.
■Pembasmian kutu.
■Melakukan tindakan euthanasia pada ular yang telah positif terjangkit oleh IBD.
■Melakukan disinfeksi kandang dan peralatan secara berkala.
■Mencuci tangan setelah dan di antara penghandlean satu ular sebelum menghandle ular lainnya.
■Kandang yang terbuat dari kayu polos (tidak dilapis melamine dan semacamnya) harus disingkirkan, apabila ular yang telah terkonfirmasi terjangkit IBD tinggal di dalamnya.
Karantina secara ketat untuk setiap ular jenis Python dan Boa yang baru kita dapat, paling tidak untuk jangka waktu 3-6 bulan dan jika anda telah memiliki pet Python maupun Boa, selalu berhati-hati dan waspada setiap mengunjungi toko hewan peliharaan, pameran reptil, ataupun melihat-lihat koleksi reptil orang lain.
Diterjemahkan dan diambil dari berbagai sumber.
Retrovirus yang terdapat pada Boa constrictor yang terkena IBD
Tanda-tanda IBD
All pictures are taken from: http://www.vetmed.ufl.edu
Pembahasan tentang IBD:
■http://www.vetmed.ufl.edu/college/depar … Virus.html
■http://www.boaconstrictors.com/com/Haltung/IBDEng.htm
■http://www.reptileexpert.co.uk/BodyIncl … sease.html
■http://www.anapsid.org/ibd.html
Sumber : Reptilx.com
Wah, sekarang mau posting tentang ganti kulit ular, tapi, yang biasa gue tau aza dehh,,,ok guys.
pertama-tama ciri-ciri ular mau ganti kulit biasanya selalu berendam, mata dan kulitnya lebih buram warnanya dari biasanya, kadang gak mau makan, trus kadang juga dia (si ular) gak bisa diem seperti ular Python Buton ku, dia juga suka kebersihan, kalo kandangnya kotor dia suka gelisah minta di bersihin, dduduh,,, ular yang manjaa...he
Biasanya Ular peliharaan gue kalo tiba ganti kulit sii...hmmm kadang didiemin aja gak usah dipegang-pegang, trus kelembabanya harus sedikit ditinggkatin.
Karena kalo ganti kulit biasanya dia butuh sedikit kelembaban ekstra, butuh air lebih banyak untuk pergantian kulitnya nanti..
Bisa juga di semprotkan air yang sedikit hangat untuk kulitnya (fungsinya agar lebih lembab kandangnya) dan prosesnya lebih cepat lebih baik (JK) hehe...
Proses pergantian kulit untuk Ular biasanya sebulan, bisa lebih tergantung jenis dan ukuran, gak cuma ular gue, tapi Tokek-tokek gue juga ganti kulit, bedanya kalo tokek langsung memakan kulit matinya untuk menambah kalsium dan sedikit protein untuk kelangsungan hidupnya!!!
kalo ular,,,hmmm buat apa yahh ...di buang lah. masak buat bikin tas atau spatu kulit?,,ckckck (kulit ular bentuknya seperti plastik tipis, kalau sudah melepaskan dari tubuhnya)
Kalau bisa gue saranin Jangan ikut campur tangan membantu proses ganti kulit, gak usah dimanja bro, tetapi ada pengecualian ...Apabila terlihat sulit untuk melepaskan memang kita "terpaksa" sedikit membantu (soalnya ada kasus
Dan terakhir, Ular yang udah ganti kulit akan terasa lebih halus, lebih cemerlang, lebih manteb dahh pokoknya!!!
This is my lovely great Dipong!!!
Dipong yang keren banget tabiatnya, motifnya, gak nyusahin, manteb dahh...
Umurnya cuma setahun lebih dikit, gue pelihara dari bebi bangets, yahh apa boleh buat umurnya ternyata gak lama,
Varanus Bitatawa yang terancam punah
Varanus Bitatawa, namanya kurang akrab di telinga kita, Spesies varanus atau biawak yang baru terdokumentasi resmi di the Royal Society Biology Letters. Biawak besar yang hidup di hutan Sierra Madre di Luzon Island di utara Filipina ini, Banyak diburu oleh warga lokal filipina untuk dimakan. karena katanya kandungan protein yang baik, dan rasanya seperti daging ayam, padahal banyak orang di seluruh dunia yg tertarik dengan keberadaan spesies biawak ini.
Filipina memang terkenal memiliki keragaman spesies biawak, namun jenis Varanus Bitatawa baru sekarang ini muncul ke permukaan. Hutan Filipina yang belum banyak terjamah tangan manusia menyimpan misteri keberagaman spesies reptil di dalamnya, karena ulah manusia yg menebang pohon yang akhirnya mengurangi tempat hidup dari spesies ini, mau tidak mau spesies yang ada didalamnya mulai terekspos. Jenis Varanus Bitatawa ini cenderung menetap di hutan Sierra Madre, dan jarang terekspos manusia.
Yang Menarik, Spesies varanus Bitatawa memiliki Kebiasaan unik, Varanus Bitatawa memiliki kerabat dekat dengan Varanus Olivaceus yang juga dari Filipina. ditandai dengan kebiasaannya memakan buah walaupun mereka tetap mau memakan serangga dan mamalia lainnya. Apa jadinya bila Varanus olivaceus dan Varanus Bitatawa di silangkan, mungkin akan menjadi spesies baru yang sangat menarik..
karena jumlahnya yg di perkirakan sangat sedikit di alamnya, kini usaha untuk melestarikan Spesies ini di Filipina tengah digalakkan. ada yang tertarik untuk melestarikannya di rumah Anda? hehehe
Sumber : ReptilX.com
Albertisi
Meet my Lippy
Lippy adalah Ular ku yang SUPER GALAK...
ku pelihara dari baby dan sampai besar tetap menggigit sana-sini
Kingdom: | Animalia |
Phylum: | Chordata |
Subphylum: | Vertebrata |
Class: | Reptilia |
Order: | Squamata |
Suborder: | Serpentes |
Family: | Pythonidae |
Genus: | Leiopython Hubrecht, 1879 |
Leiopython, formerly a monotypic genus, now comprises six species, created for the non-venomous python species, L. albertisii, found in New Guinea. No subspecies are currently recognized. It was first described as an intermediate genus between Liasis and Nardoa. The species was named in honor of Luigi D'Albertis.
Female Adults of the Northern White-Lipped Python (Leiopython albertisii) grow to an average of about 213 cm in length (6-7 ft), whereas the Southern White-Lipped Python (Leiopython hoserae) can reach up to 300 cm (10 ft) in length. They are patternless, except that the Northern White-Lipped Python has some light markings on their postoculars absent in the Southern White-Lipped Python. The snout is triangular and the head is distinct from the neck. The dorsum of the head is shiny black, the upper and lower labial scales are white with black markings on the anterior edge of the scales. Body color is either brownish-violet fading to yellowish ventrally (Leiopython albertisii) or blackish-blue fading to gray (Leiopython hoserae). These pythons also regurgitate fur balls, also known as "Casting." This behavior is rarely seen, but 2-3 days after feeding the results are seen. When it is witnessed owners of White lipped pythons often think their snake is regurgitating it's food.
Found in most of New Guinea (below 1200 m), including the islands of Salawati and Biak, Normanby, Mussau and Emirau, as well as a few islands in the Torres Strait. The type locality given is "Kapaor in Nova Guinea boreali occidentali ... et prope Andai..." also stated "... un esemplare a Kapaor fra i Papua Onin..." and "... un secondo esamplare ad Andai presso Dorei..." (Kapoar, Onin Peninsula and Andai, near Dorei, Irian Jaya, Indonesia).
Some doubt can be cast on its occurrence on Normanby, as McDowell (1975) had erroneously assigned Bara Bara to this Island, rather than to the mainland of Papua New Guinea in Milne Bay Province as stated by Boulenger (1898) and Koopman (1982).
Associated with rain forests, cutover clearings and swamps. Usually found near water, into which they may quickly retreat if disturbed. Often hide under dead leaves on forest floor.
The diet includes a range of birds and mammals that are small to medium in size. Neonates and young semi-adults often feed on lizards.
Oviparous, with females laying about a dozen eggs. The eggs stick together in a compact pile and the females coils around them. The hatchlings emerge after about two months of incubation and are about 38 cm (15 inches) in length.
A new species L. hoserae, and two new subspecies L. albertisii barkeri and L. a. bennetti, were described in Hoser (2000), but these descriptions are considered vague and questionable. In 2008, Schleip redescribed and provided proper descriptions and diagnoses for two of Hoser's (2000) taxa, Leiopython hoserae, from the southern lowlands of Papua New Guinea and neighbouring Indonesia, and L. benettorum, from the highlands of Morobe Province, Papua New Guinea. A third, Leiopython albertisii barkeri was considered a nomen nudum due to Hoser not having provided a description that includes characters to differentiate this taxon from others. Three new species were also described: L. biakensis from the island of Biak (part of the Indonesian Province of Papua, L. fredparkeri from the Karimui Basin, Simbu Province, Papua New Guinea, and L. huonensis from the Huon Peninsula, Morobe Province, Papua New Guinea.
The taxonomy of the Pythonidae family is fluid, however, an arrangement of the genus may be summarised as:
Perkenalkan!!!...
ini Ular yang udah lama gue pelihara,,, gadis-gadis yang cantik-cantik,,, wooowww...
3 DIVA
Terdiri dari 3 Candoia Carinata (mono pohon) yang keren-keren, gesit, pandai makan nya, n gak nyebelin alias gampang meliharanya,, manteb dweh pokoknya.
Yang Pertama ini namanya Molly
Yang Kedua namanya Redz
di namain si Redz karena memang warnanya sedikit merah membara, hehe..
Untuk saat ini 3 DIVA ini tidak di perjual-belikan!!!
Dan yang terakhir namanya Cello
Semua Ular-ular ini dalam kondisi prima siap untuk di Breeding lho,,, (atau siap di kawinkan)ada yang puya jantan bagus?? Untuk penjelasan tentang 'Candoia Carinata' atau mono tanah sudah terdapat pada postingan terdahulu yaww,,,,
© Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009
Back to TOP